Hobi Menulis Tulisan Jaksa Penuntut Umum Banten

Hukum2 Dilihat
banner 468x60

Banten (GATRANEWS) – Jaksa Agung ST Burhanuddin merotasi puluhan pejabat lapis dua di lingkungan Kejaksaan Agung RI. Termasuk Leonard Eben Ezer, Direktur Kejaksaan Tinggi Banten, yang dimutasi menjadi Kejaksaan Tinggi Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan.

banner 336x280

Setelah itu, Leonard akan menggantikan Raden Febritriyanto yang dipromosikan menjadi Sekretaris Wakil Jaksa Agung Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara di Kejaksaan Agung Jakarta. Pos yang ditinggalkan oleh Leonard Eben Ezer kini diisi oleh Dr Didik Farkhan Alisyahdi. Diantaranya, Dr. Didik Farkhan Alisyahdi adalah Kepala Pusat Data Statistik Kejahatan dan Teknologi Informasi Kejagung Jambi.

Sebelum memulai karir sebagai jaksa, Didik bekerja sebagai reporter harian sebuah surat kabar memo ternama di Bojonegoro, Jawa Timur. Didik Farkhan Alisyahdi lahir pada tanggal 18 Oktober 1971 di Bojonegoro,

Lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang tahun 1993 ini pernah menjadi koresponden Harian Bojonegoro. Saya baru dua bulan menjadi reporter. Ia mendengar ada lowongan di Kejaksaan Agung dan mendaftar di sana karena Didick mengatakan ayahnya sangat antusias anaknya menjadi jaksa.

“Akhirnya saya mendaftar ke Kejaksaan Agung. Saya mengikuti ujian 7 tahap yang berlangsung selama 8 bulan. Saat mengikuti ujian, saya masih aktif mengabarkan berita. Masih bekerja. Hasil dari ribuan pelamar, hanya 150 calon jaksa. Diambil dan saya lulus. Saya sudah di kejaksaan sejak 1994,” kata Didick, Minggu (29/1).

“Saya aktif di pers mahasiswa sejak saya kuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang pada tahun 1990. Saya pernah menjadi pemimpin redaksi majalah kampus “Manifest”. Jadi ketika saya lulus, pada tahun 1993 saya langsung ikut Memorandum Harian Pagi. Saya merasa seperti reporter dan sudah ditempatkan di Bojonegoro,” tambah Education.

Menurut Didick, banyak kesamaan antara jaksa dan wartawan, yang mengatakan wartawan selalu menanyakan narasumber. Sementara itu, Didick mengatakan, kejaksaan sedang memeriksa tersangka atau terdakwa. Apalagi jika Anda menjadi jaksa di bidang intelijen, Anda sebenarnya bekerja dengan wartawan 11-12.

“Sama-sama mencari informasi untuk dikerjakan. Kemudian sama-sama melapor. Bagi wartawan, produknya baru berita kalau produk kejaksaan Intel itu laporan Intel. Bisa berupa berita langsung atau feature. Padahal, keduanya di antaranya adalah penulis. Karena 90% pekerjaan kejaksaan juga menulis. Mulai mengadili, menuntut juga pekerjaan menulis,” jelas Didik.

Didick menjelaskan, untuk perkembangan jurnalistik saat ini tantangannya sangat berat, seperti lahirnya social media atau media sosial. Semua orang bisa menjadi reporter sekarang. Setiap orang bisa menjadi “reporter” dadakan ketika ada acara di sekitarnya. Dapat merekam, mendokumentasikan, mencatat dan menyiarkan langsung di media sosial. Youtube, IG, FB, Twitter atau WA siap. Saat ini yang terberat adalah media cetak. Biaya pencetakan sudah tinggi, dan berita selalu dianggap “keluar jalur” untuk web.

Sesibuk apapun saya, saya rindu menulis. Saya membutuhkan media yang sesuai dengan tulisan saya. Saya akhirnya membuat situs web sebagai tempat untuk “menjaga” pekerjaan saya. Karena tidak mungkin menulis tentang orang lain, saya akhirnya menulis tentang pengalaman saya sendiri. Jadi saya menghabiskan waktu menulis di sela-sela kesibukan kantor,” kata Didick.

Plus, Didick mengatakan timnya selalu meluangkan waktu untuk menulis selama perjalanan mereka. Uniknya, kata Didick, ia lebih terbiasa menulis di ponsel ketimbang di laptop.

“Jadi saya bisa menulis kapan saja, di mana saja. Termasuk saat saya sedang terbang di pesawat, saya tidak akan bengong, saya pasti akan menulis di ponsel saya untuk mengisinya,” kata Didick.

Didick mengaku sering membagikan pengalaman pribadinya di website yang dikelolanya. Soal konten, Didick mengatakan 90 persen berkisar pada aktivitas atau pengalamannya sendiri sebagai aparat penegak hukum. Seperti yang dikatakan Didick, tentang menulis tentang orang gila yang membunuh seseorang, haruskah dia dihukum? Didik memposting dan membagikan pengalamannya dalam menangani kasus-kasus tersebut. Siapa tahu ada jaksa lain yang kesulitan menangani kasus seperti itu. Dia bisa bertindak seperti yang ditulis Diddick.

“Salah satu artikel saya menjadi viral dan dibaca lebih dari 30.000 orang. Tentang pembunuhan kopi sianida “Mirna” dengan terdakwa Jesica. Saya memiliki pengalaman dalam pembunuhan Munir. Keduanya diracun. Bagaimana di pengadilan saya akan menjelaskannya, itu bisa inspiratif. Intinya saya suka menulis, jadi percuma saja jika saya hanya membaca kata-katanya sendiri. Jadi dengan membagikannya ke masyarakat, semoga kata-kata saya bisa bermanfaat,” pungkas Didick.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *